Friday 6 December 2019

Sebuah Pemikiran Saat Bertambahnya Usia

8 November 2019 lalu, usia saya menginjak 26 tahun. My self reflection on my birthday for every year's still the same, just want being useful person that I can be and full of syukur. Untuk bisa bertahan sejauh ini bukan hal yang mudah. Life without parents anymore sometimes made me ask to  my self, what I'm working too hard for. It was'nt easy. Tapi apakah dunia akan berhenti berputar jika terus berkutat dengan semua pemikiran itu? jawabannya tidak sama sekali. Hidup terus berjalan dengan kehendakNya. Pertemanan semakin sempit, I prefer with deep conversation (bukan berarti tidak bisa bercanda), rasanya bukan saatnya lagi memulai percakapan, bertemu dan menghabiskan waktu tanpa adanya manfaat, apalagi jika isinya membicarakan kehidupan orang lain atau bahkan sampai keburukan orang lain. I'm not interested at all. I hate that. 

A few weeks ago, my bestie who I really respect about, asked me "what are you doing until you can be independent like nowadays? Life overseas and have no siblings there" . Sejujurnya pertanyaan ini sendiri tidak ada jawabannya, karena saya sendiri juga tidak tahu jawabannya, because actually I'm not independent at all. Mungkin keadaan membuat harus seperti itu. Namun ada satu hal pasti yang mungkin sering terlupakan dari setiap kita, bahwa setiap orang punya porsinya masing-masing, punya tantangan kehidupannya masing-masing. 

Semakin bertambahnya usia, rasa khawatir akan masa depan pasti akan selalu datang menghantui. And,  am i worried about my future? Of course I did. But before I was extremely worried and anxious about my future. It's like i don't know what I'm gonna do with my life, in terms of my career but I think it's normal, it's so normal. Especially during that age period, and I thought every one of us felt that. 

Tapi saya banyak belajar dari situ. Belajar bahwa menghabiskan banyak energi untuk mengkhawatirkan akan masa depan justru tidak ada gunanya sama sekali. What i'm saying is, it's better to focus do what u do now, because it's better to actually work on yourself to have better future. 

And, the last but not least, but I think this is very important and big one for me as well, to stop trying to control things that you have no control over. Jadi apa yang membuat kita khawatir adalah bahwa kita mencoba untuk berusaha memegang kendali akan masa depan kita. So stop, it's not your job. Your job is to work on your self. Let's Allah handle the future, don't destroy your today, trying to control your tomorrow. That's a huge mistake that I my self have been guilty of doing. Saya berharap siapapun yang sedang membaca ini juga bisa belajar dari kesalahan yang saya lakukan. 

Sibukkan dirimu untuk menghargai apa yang sudah kamu capai hingga saat ini, daripada mengkhawatirkan apapun yang belum atau bahkan tidak kita punya sama sekali. Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, always! 

If you still standing today after all of the things that you've went through in your life, idk how many years you have with you. I have 26 years. I have gone through life and I have overcome single struggle. If I can still here today, then inshaAllah I can go even further. Kamu lebih kuat, tangguh dan berani dari apa yang kamu pikirkan. All is well. Everything is gonna be ok. 

And, It's like the quote by Ibn Qayyim that I really love "jangan merasa khawatir dengan hidup ini, karena hidup ini untuk Allah, dan jangan khawatir mengenai rezeki, karena rezeki itu berasal dari Allah. Dan jangan merasa gelisah tentang masa depan, karena masa depan itu ada di tangan Allah. Ingatlah satu hal, yaitu tentang bagaimana membuat Allah senang. Karena jika kamu membuat-Nya senang, maka Dia juga akan membuatmu senang, memenuhi dan mencukupi kebutuhanmu". MashaAllah. 

Just focus on one thing only. Please Allah and inshaAllah everything will be fine. Jum'ah mubarak everyone. 

Wednesday 16 October 2019

Surat Cinta Untuk Sahabat


Dear Ika Octariyani Safitri, selamat memasuki usia seperempat abad lebih satu tahun.
Selamat terus bertumbuh menjadi perempuan yang cantik dan bijaksana dalam segala hal.
Terus lah menjadi sosok yang lembut hati nya, menginspirasi dan membagikan manfaat bagi orang-orang sekitar.
Terus lah menjaga semangat dalam mengejar mimpi-mimpi mu. Lelah, pasti. Tapi semoga menjadi lillah yaa mbak.



Setelah hari-hari ini, dengan masa depan yang kadang semakin penuh dengan pertanyaan. 
Semoga harapan itu tetap selalu terjaga dengan niat-niat yang tulus dari hati.


Selalu yakin lah, bahwa kebaikan akan selalu menyertai setiap niat tulus dan langkah mu.
Selalu yakin lah bahwa rasa syukur akan terus memberi kenikmatan yang luar biasa
Selalu yakin lah bahwa fase menerima sepenuhnya tentang apa yang sudah digariskan Allah membuat penerimaan itu menuju rasa yakin.

Yang ini, abis foto langsung minta nomer wa ya kan mbak bapaknya wkwk

Semoga apa-apa yang menjadi asa mu terengkuh, apa-apa yang menjadi mimpi mu kelak menjadi nyata. Terus lah memeluk asa dan mimpi itu.
Barakallahu fii umrik mbak sayang. Semoga keberkahanNya selalu bersamamu


Terakhir, terima kasih selama ini selalu menjadi sahabat yang baik
Terima kasih karena selama ini selalu menguatkan dan mendukung setiap langkah yang berat dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini.
Terima kasih selalu menasehati dan mengingatkan dengan tulus

Maaf belum bisa menjadi sahabat yang baik, tapi percaya lah mbak doa selalu terhantar walaupun jarak kita selalu memisahkan. Allah akan selalu bersama orang baik seperti mu

Aku menyayangimu karena Allah mbak :”) hehehe. Jaga kesehatan sesibuk apapun yaaa
________________________________________________________________________________

Nah, ini yang ini bonus tambahan yaaaaa hahaha. Love u to the moon and back mbak 💙

"Hmmm sepertinya aku ingin nambah es krim lagi"

ngapain mbak? wkwk

"Jijik tau aku nengoknyaaa"

Saturday 20 July 2019

Dimana kamu ?

Kenapa rasanya sulit sekali menggunakan akal saat merindu?
Melayang pikiran ini menembus akal sehat
Lalu tidak lupa aku selalu berkata pada diriku sendiri untuk selalu waras
Sesempit apapun itu
Selapang apapun itu
Harus...

Aku tahu
Aku semakin sadar
Bahwa kebebasan memilih pun semua tertuju pada hati dan tanganmu
Mencoba membuat semua mengerti dengan pendirian yang terlihat semakin menunjukkan keinginannya
Terkuasa
Dikuasai
Menguasai

Dimana kamu?
Dimana kamu, ego.

Wednesday 30 January 2019

Terkait

Pagi ini dalam perjalanan pulang dari kantor, ya seperti biasa aku menggunakan bus dengan ayu teman satu kosan ku. Tapi kami tidak dapat tempat duduk lagi dan terpisah dari satu sisi ke sisi lainnya. Lalu dalam perjalanan itu aku hanya bisa melihat sepanjang jalan dan situasi yang aku lalui pagi ini. Rasanya sedih, sesak, terfikirkan ku lagi dan lagi. Apa lagi sekarang yang ku rasakan. 
Tanpa sadar mata ini mulai berkaca-kaca dan berkata dalam hati "ya Allah apa aku harus menyerah saja? Aku harus bagaimana?"

Aku mulai ingin menyerah, pesimis se pesimisnya. 

Bukan, bukan pesimis akannya. Tapi tentang diri ini sendiri. Aku berpikir mungkin memang, aku ini bukan yang terbaik untuknya sehingga setiap kali diri ini berusaha meyakinkannya, tapi diri itu selalu ragu. Aku sadar sesadarnya sekarang. Sepertinya memang bukan aku. Hhhh tanpa sadar sekarang air mata ini pun pecah. :') 

Lalu logika ku pun mengalahkan hati ku sekarang. Aku berusaha masuk sebagai dirinya. Mengambil persepsi sejadi-jadinya dari sudut pandangku. Teringatku dengan percakapan singkat dengan seseorang bahwa kebanyakan laki-laki akan mengandalkan logika daripada perasaan. Lalu aku berusaha tetap masuk ke dalam logika itu. Oh iya, seharusnya kelak dia harusnya mendapatkan pasangan yang lebih muda dan cantik dari aku, lalu seharusnya dia juga kelak harus mendapatkan dari keluarga yang jauh lebih lebiiihhh baik dariku, lalu seharusnya dan ini yang paling penting agama yang paling baik. Aku sadar aku tidak ada di bagian semua itu. 

Sakit memikirkannya? Tentu :) aku tidak ingin menampik rasa sesak ketika memikirkannya dan menuliskan ini. Tapi aku bisa apa? aku harus bagaimana? Mungkin memang tidak selamanya kita memiliki apa yang kita inginkan bahkan yang kita butuhkan sekalipun :) Apalagi selalu dalam penolakan :)

Sampai di titik ingatan itu. Aku berharap kepada Allah untuk mengembalikan diriku yang dulu. Ambisius yang se ambisiusnya. 

Lalu dalam perjalanan menuju pulang, tanpa sengaja aku melihat seorang ibu dengan anaknya yang sedang berjalan menuju ke gerbang sekolah. Ibu itu mengantar anaknya, lalu aku melihat anak itu mencium tangan ibunya dan ibunya mencium pipi anaknya. Lalu si anak pun melambaikan tangan kepada ibunya dan masuk ke dalam sekolah. Rasanya indah sekali.

Seketika mata yang tadinya berkaca-kaca pun berubah menjadi tangis.
Aku rindu Ibuku dan mengatakan mungkin keinginanku untuk menjadi seorang ibu pun mungkin tidak akan terwujud. :) Aku bisa apa :)

Aku tidak ingin memaksakan pemikiran dan perasaan yang aku punya lagi
Menyerah? Tidak :)
Bahkan tidak pernah bergeming :)
Aku hanya bingung :)
Aku akan berdoa kelak kamu mendapatkan yang terbaik
Mungkin memang bukan aku
Lalu apakah aku akan menghilang. Tidak :)

Aku akan tetap menunggu sampai aku tidak bisa lagi menunggu
Baik tidak dalam genggamanku
Atau tidak bernafas lagi
Mengenggam kenyataan yang aku punya sendiri lalu menjalaninya semua dengan sendirian.

hmmmm :)

Tolong bantah semua pemikiran semua tulisanku ini ketika dirimu membaca ini.
Itu pun jika berkenan :)
Jangan pernah lupa minum yaa :)