Wednesday 30 January 2019

Terkait

Pagi ini dalam perjalanan pulang dari kantor, ya seperti biasa aku menggunakan bus dengan ayu teman satu kosan ku. Tapi kami tidak dapat tempat duduk lagi dan terpisah dari satu sisi ke sisi lainnya. Lalu dalam perjalanan itu aku hanya bisa melihat sepanjang jalan dan situasi yang aku lalui pagi ini. Rasanya sedih, sesak, terfikirkan ku lagi dan lagi. Apa lagi sekarang yang ku rasakan. 
Tanpa sadar mata ini mulai berkaca-kaca dan berkata dalam hati "ya Allah apa aku harus menyerah saja? Aku harus bagaimana?"

Aku mulai ingin menyerah, pesimis se pesimisnya. 

Bukan, bukan pesimis akannya. Tapi tentang diri ini sendiri. Aku berpikir mungkin memang, aku ini bukan yang terbaik untuknya sehingga setiap kali diri ini berusaha meyakinkannya, tapi diri itu selalu ragu. Aku sadar sesadarnya sekarang. Sepertinya memang bukan aku. Hhhh tanpa sadar sekarang air mata ini pun pecah. :') 

Lalu logika ku pun mengalahkan hati ku sekarang. Aku berusaha masuk sebagai dirinya. Mengambil persepsi sejadi-jadinya dari sudut pandangku. Teringatku dengan percakapan singkat dengan seseorang bahwa kebanyakan laki-laki akan mengandalkan logika daripada perasaan. Lalu aku berusaha tetap masuk ke dalam logika itu. Oh iya, seharusnya kelak dia harusnya mendapatkan pasangan yang lebih muda dan cantik dari aku, lalu seharusnya dia juga kelak harus mendapatkan dari keluarga yang jauh lebih lebiiihhh baik dariku, lalu seharusnya dan ini yang paling penting agama yang paling baik. Aku sadar aku tidak ada di bagian semua itu. 

Sakit memikirkannya? Tentu :) aku tidak ingin menampik rasa sesak ketika memikirkannya dan menuliskan ini. Tapi aku bisa apa? aku harus bagaimana? Mungkin memang tidak selamanya kita memiliki apa yang kita inginkan bahkan yang kita butuhkan sekalipun :) Apalagi selalu dalam penolakan :)

Sampai di titik ingatan itu. Aku berharap kepada Allah untuk mengembalikan diriku yang dulu. Ambisius yang se ambisiusnya. 

Lalu dalam perjalanan menuju pulang, tanpa sengaja aku melihat seorang ibu dengan anaknya yang sedang berjalan menuju ke gerbang sekolah. Ibu itu mengantar anaknya, lalu aku melihat anak itu mencium tangan ibunya dan ibunya mencium pipi anaknya. Lalu si anak pun melambaikan tangan kepada ibunya dan masuk ke dalam sekolah. Rasanya indah sekali.

Seketika mata yang tadinya berkaca-kaca pun berubah menjadi tangis.
Aku rindu Ibuku dan mengatakan mungkin keinginanku untuk menjadi seorang ibu pun mungkin tidak akan terwujud. :) Aku bisa apa :)

Aku tidak ingin memaksakan pemikiran dan perasaan yang aku punya lagi
Menyerah? Tidak :)
Bahkan tidak pernah bergeming :)
Aku hanya bingung :)
Aku akan berdoa kelak kamu mendapatkan yang terbaik
Mungkin memang bukan aku
Lalu apakah aku akan menghilang. Tidak :)

Aku akan tetap menunggu sampai aku tidak bisa lagi menunggu
Baik tidak dalam genggamanku
Atau tidak bernafas lagi
Mengenggam kenyataan yang aku punya sendiri lalu menjalaninya semua dengan sendirian.

hmmmm :)

Tolong bantah semua pemikiran semua tulisanku ini ketika dirimu membaca ini.
Itu pun jika berkenan :)
Jangan pernah lupa minum yaa :)